Lambang Kota Pematangsiantar Motto: Sapangambei Manoktok Hitei |
|
Peta lokasi Kota Pematangsiantar Koordinat: 2°58ʹN 99°2ʹE |
|
Provinsi | Sumatera Utara |
Dasar hukum | - |
Tanggal | 24 April 1871 |
Pemerintahan | |
- Wali kota | Hulman Sitorus, SE |
- DAU | Rp. 352.723.110.000,-(2011)[1] |
Luas | 79,97 km² |
Populasi | |
- Total | 234.885 (2010) (Sumber: BPS) |
- Kepadatan | - |
Demografi | |
- Suku bangsa | Simalungun (61,43%), Toba, Mandailing (9,6%), Jawa (14,2%), Tionghoa, Melayu |
- Bahasa | Indonesia |
- Zona waktu | WIB |
- Kode area telepon | 0622 |
Pembagian administratif | |
- Kecamatan | 8 |
- Desa | - |
- Flora resmi | - |
- Fauna resmi | - |
- Situs web | http://www.pematangsiantarkota.go.id/ |
Kota Pematangsiantar adalah salah satu kota di Provinsi Sumatera Utara, dan kota terbesar kedua di provinsi tersebut setelah Medan. Karena letak Pematangsiantar yang strategis, ia dilintasi oleh Jalan Raya Lintas Sumatera. Kota ini memiliki luas wilayah 79,97 km2 dan berpenduduk sebanyak 240.787 jiwa (2000).
Kota Pematangsiantar yang hanya berjarak 128 km dari Medan dan 52 km dari Parapat sering menjadi kota perlintasan bagi wisatawan yang hendak ke Danau Toba. Sebagai kota penunjang pariwisata di daerah sekitarnya, kota ini memiliki 8 hotel berbintang, 10 hotel melati dan 268 restoran. Di kota ini masih banyak terdapat sepeda motor BSA model lama sebagai becak bermesin yang menimbulkan bunyi yang keras.
Wakil Presiden Republik Indonesia yang ke-3 Adam Malik, lahir di kota ini pada 22 Juli 1917. Kota ini pernah menerima Piala Adipura pada tahun 1993
atas kebersihan dan kelestarian lingkungan kotanya. Sementara itu,
karena ketertiban pengaturan lalu lintasnya, kota ini pun meraih
penghargaan Piala Wahana Tata Nugraha pada tahun 1996.
Sektor industri yang menjadi tulang punggung perekonomian kota yang terletak di tengah-tengah Kabupaten Simalungun
ini adalah industri besar dan sedang. Dari total kegiatan ekonomi pada
tahun 2000 yang mencapai Rp 1,69 trilyun, pangsa pasar industri mencapai
38,18 persen atau Rp 646 miliar. Sektor perdagangan, hotel dan restoran
menyusul di urutan kedua, dengan sumbangan 22,77 persen atau Rp 385
miliar.
Daftar isi |
Sejarah
Sebelum proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, Pematangsiantar
merupakan daerah kerajaan Siantar. Pematangsiantar yang berkedudukan di
pulau Holing dan raja terakhir dari dinasti keturunan marga Damanik
yaitu Tuan Sangnawaluh Damanik, yang memegang kekuasan sebagai raja
tahun 1906.
Disekitar Pulau Holing kemudian berkembang menjadi perkampungan
tempat tinggal penduduk diantaranya Kampung Suhi Haluan, Siantar Kahean,
Pantoan,Suhi Bah Bosar,dan Tomuan. Daerah-daerah tersebut kemudian
menjadi daerah hukum Kota Pematangsiantar yaitu :
- Pulau Holing menjadi Kampung Pematang.
- Siantar Bayu menjadi Kampung Pusat Kota.
- Suhi Kahean menjadi Kampung Sipinggol-pinggol, Kampung Melayu, Martoba, Sukadame dan Bane.
- Suhi Bah Bosar menjadi Kampung Kristen, Karo, Tomuan, Pantoan, Toba dan Martimbang.
Setelah Belanda memamusuki daerah Sumatera Utara, Simalungun menjadi
Daerah kekuasaan Belanda sehingga pada tahun 1907 berakhirlah kekuasaan
raja-raja. Controleur Belanda yang semula berkedudukan di perdagngngan
pada tahun 1907 dipindahkan ke Pematangsiantar. Sejak itu
Pematangsiantar berkembang menjadi daerah yang banyak dikunjungi
pendatang baru, Bangsa Cina mendiami Kawasan Tiombang Galung dan Kampung
melayu.
Pada tahun 1910 didirikan Badan Persiapan Kota Pematangsiantar.
Kemudian Pada tanggal 1 Juli 1917 berdasarkan Stad Blad No.285
Pematangsiantar berubah menjadi Geemente yang mempunyai otonomi sendiri.
Sejak Januari 1939 berdasarkan Stad Blad No.717 berubah menjadi
Geemente yang mempunyai Dewan.
Pada jaman Jepang berubah menjadi Siantar Estate dan Dewan dihapus.
Setelah Proklamasi Kemerdekaan Pematangsiantar kembali menjadi daerah
Otonomi. Berdasarkan UU No.22/1948 status geemente menjadi kota
kabupaten Simalungun dan wali kota dirangkap oleh Bupati Simalungun
sampai 1957.
Berdasarkan UU No. 1/1957 berubah menjadi Kota Praja penuh dan dengan
keluarnya UU No.18/1965 berubah menjadi Kotamadya, dan dengan keluarnya
UU No.5/1974 Tentang pokok-pokok pemerintah di daerah berubah menjadi
daerah tingkat II Pematangsiantar sampai sekarang.
Kecamatan
Kota Pematangsiantar terdiri dari 8 kecamatan yaitu:
- Siantar Barat
- Siantar Marihat
- Siantar Martoba
- Siantar Selatan
- Siantar Timur
- Siantar Utara
- Siantar Marimbun
- Siantar Sitalasari
Infrastruktur
Pendidikan
Di kota Pematangsiantar terdapat Sekolah Tinggi Theologia HKBP, yang kampusnya terletak di Jl. Sangnawaluh No. 6. Juga terdapat Universitas Simalungun atau disingkat USI dan Universitas HKBP Nommensen yang sering disebut Nommensen. Selain itu kota ini juga tempat dimana Akademi seperti AMIK Multicom,AMIK Tunas Bangsa, dan AMIK Parbina Nusantara berdiri.
Terdapat juga sekolah-sekolah swasta besar seperti Methodist, Sultan Agung, Kalam Kudus, Taman Asuhan, Taman Siswa,SMK Parbina Nusantara,SMA Budi Mulia,SMA Bintang Timur dan SMA Seminari.
Sekolah-sekolah swasta tersebut telah menghasilkan murid-murid berprestasi yang bertanding di ajang-ajang olahraga nasional.
Secara total, Pematang Siantar memiliki 160 Sekolah Dasar, 43 Sekolah
Lanjutan Tingkat Pertama, 28 Sekolah Menengah Umum, dan 7
Universitas/Akademi.[2]
Di kota ini juga terdapat Museum Simalungun
yang berisi koleksi peninggalan sejarah dan budaya Simalungun. Museum
ini dikelola oleh Yayasan Museum Simalungun, dan berlokasi di Jalan
Jendral Sudirman, di antara kantor Polres Siantar dan GKPS Sudirman.
Kesehatan
Terdapat 7 buah Rumah Sakit dari berbagai kategori di Pematang Siantar dengan kapasitas 597 tempat tidur.[3] Salah satu yang terbesar adalah Rumah Sakit Umum Daerah dr. Djasamen Saragih, dengan kapasitas 220 tempat tidur, yang dilayani oleh 7 dokter umum, 3 dokter gigi, dan 25 dokter spesialis.[4]
Rumah sakit di atas dibantu oleh 17 Pusat Kesehatan Masyarakat
(Puskesmas), dan 10 Puskesmas pembantu. Selain itu terdapat 17 Balai
Pengobatan Umum (BPU) dan 235 Pos Pelayanan Terpadu (Pos Yandu).[5]
Transportasi
Pematang Siantar dapat diakses melalui 2 sarana transport darat, Bus
dan Kereta Api. Secara umum, transportasi dalam kota dilayani oleh
sarana Angkutan Kota dan Becak Motor. Terminal Bus terbesar di Pematang
Siantar terdapat di Terminal Parluasan, yang merupakan titik transit bagi hampir seluruh Angkutan dalam dan luar Kota.
Nama-nama wali kota Pematangsiantar
- O.K.H. Salamuddin (1956 - 1957)
- Jamaluddin Tambunan (1957 - 1959)
- Rakutta Sembiring (1960 - 1964)
- Abner Situmorang (1964 - 1964)
- Pandak Tarigan (1964 - 1965)
- Zainuddin Hasan (1965 - 1966)
- Tarif Siregar (1965 - 1966)
- Drs. M. Pardede (1966 - 1967)
- Letkol Laurimba Saragih (1967 - 1974)
- Kol. Sanggup Ketaren (1974 - 1979)
- Kol. Drs. MJT. Sihotang (1979 - 1984)
- Drs. Djabanten Damanik (1984 - 1989)
- Drs. Zulkifli Harahap (1990 - 1994)
- Drs. Abu Hanifah (1994 - 2000)
- Drs. Marim Purba (2000 - 2005)
- Drs. Nabari Ginting Msi (Pjs.) (2005 - 2005)
- Ir. R.E. Siahaan (2005 - 2010)
- Hulman Sitorus, SE (2010 - sampai sekarang)
Tokoh-tokoh dari Pematangsiantar
- Adam Malik, Wakil Presiden Republik Indonesia ketiga
- Dick Sudirman, tokoh bulu tangkis Indonesia
- Syamsul Anwar Harahap, petinju Indonesia
- Rudy Kousbroek, penulis dan eseis Belanda
No comments:
Post a Comment