Republik Indonesia disingkat
RI atau
Indonesia adalah negara di
Asia Tenggara, yang dilintasi garis
khatulistiwa dan berada di antara benua
Asia dan
Australia serta antara
Samudra Pasifik dan
Samudra Hindia. Indonesia adalah negara
kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari 13.487 pulau,
[5][6] oleh karena itu ia disebut juga sebagai
Nusantara ("pulau luar", di samping Jawa yang dianggap pusat).
[7] Dengan populasi sebesar 222 juta jiwa pada tahun 2006,
[8] Indonesia adalah negara berpenduduk terbesar keempat di dunia dan negara yang berpenduduk
Muslim terbesar di dunia, meskipun secara resmi bukanlah
negara Islam. Bentuk pemerintahan Indonesia adalah
republik, dengan
Dewan Perwakilan Rakyat,
Dewan Perwakilan Daerah dan
Presiden yang dipilih langsung. Ibukota negara ialah
Jakarta. Indonesia berbatasan dengan
Malaysia di
Pulau Kalimantan, dengan
Papua Nugini di
Pulau Papua dan dengan
Timor Leste di
Pulau Timor. Negara tetangga lainnya adalah
Singapura,
Filipina,
Australia, dan wilayah persatuan
Kepulauan Andaman dan Nikobar di
India.
Sejarah Indonesia banyak dipengaruhi oleh bangsa lainnya. Kepulauan
Indonesia menjadi wilayah perdagangan penting setidaknya sejak abad
ke-7, yaitu ketika
Kerajaan Sriwijaya di
Palembang menjalin hubungan agama dan perdagangan dengan Tiongkok dan India. Kerajaan-kerajaan
Hindu dan
Buddha telah tumbuh pada awal abad Masehi, diikuti para pedagang yang membawa agama
Islam, serta berbagai kekuatan
Eropa yang saling bertempur untuk memonopoli perdagangan rempah-rempah
Maluku semasa era penjelajahan samudra. Setelah berada di bawah
penjajahan Belanda, Indonesia yang saat itu bernama
Hindia-Belanda menyatakan kemerdekaannya di akhir
Perang Dunia II.
Selanjutnya Indonesia mendapat berbagai hambatan, ancaman dan tantangan
dari bencana alam, korupsi, separatisme, proses demokratisasi dan
periode perubahan ekonomi yang pesat.
Dari
Sabang sampai
Merauke, Indonesia terdiri dari berbagai suku, bahasa dan agama yang berbeda.
Suku Jawa adalah grup etnis terbesar dan secara politis paling dominan. Semboyan nasional Indonesia,
"Bhinneka tunggal ika"
("Berbeda-beda tetapi tetap satu"), berarti keberagaman yang membentuk
negara. Selain memiliki populasi padat dan wilayah yang luas, Indonesia
memiliki wilayah alam yang mendukung tingkat
keanekaragaman hayati terbesar kedua di dunia.
Indonesia juga anggota dari
PBB dan satu-satunya anggota yang pernah keluar dari
PBB, yaitu pada tanggal
7 Januari 1965, dan bergabung kembali pada tanggal
28 September 1966 dan Indonesia tetap dinyatakan sebagai anggota yang ke-60, keanggotaan yang sama sejak bergabungnya Indonesia pada tanggal
28 September 1950. Selain
PBB, Indonesia juga merupakan anggota dari
ASEAN,
APEC,
OKI,
G-20 dan akan menjadi anggota dari
OECD.
SUMATERA UTARA
Geografi
Provinsi Sumatera Utara terletak pada 1° - 4° Lintang Utara dan 98° -
100° Bujur Timur, Luas daratan Provinsi Sumatera Utara 71.680 km².
Sumatera Utara pada dasarnya dapat dibagi atas:
- Pesisir Timur
- Pegunungan Bukit Barisan
- Pesisir Barat
- Kepulauan Nias
Pesisir timur merupakan wilayah di dalam provinsi yang paling pesat
perkembangannya karena persyaratan infrastruktur yang relatif lebih
lengkap daripada wilayah lainnya. Wilayah pesisir timur juga merupakan
wilayah yang relatif padat konsentrasi penduduknya dibandingkan wilayah
lainnya. Pada masa kolonial
Hindia-Belanda, wilayah ini termasuk
residentie Sumatra's Oostkust bersama
provinsi Riau.
Di wilayah tengah provinsi berjajar
Pegunungan Bukit Barisan. Di pegunungan ini terdapat beberapa wilayah yang menjadi kantong-kantong konsentrasi
penduduk. Daerah di sekitar
Danau Toba dan Pulau
Samosir, merupakan daerah padat penduduk yang menggantungkan hidupnya kepada danau ini.
Pesisir barat merupakan wilayah yang cukup sempit, dengan komposisi
penduduk yang terdiri dari masyarakat Batak, Minangkabau, dan Aceh.
Namun secara kultur dan etnolinguistik, wilayah ini masuk ke dalam
budaya dan Bahasa Minangkabau.
[4]
Batas wilayah
Terdapat 419 pulau di propisi Sumatera Utara. Pulau-pulau terluar adalah pulau Simuk (kepulauan
Nias), dan pulau
Berhala di selat Sumatera (Malaka).
Kepulauan Nias terdiri dari pulau Nias sebagai pulau utama dan
pulau-pulau kecil lain di sekitarnya. Kepulauan Nias terletak di lepas
pantai pesisir barat di
Samudera Hindia. Pusat pemerintahan terletak di
Gunung Sitoli.
Kepulauan Batu terdiri dari 51 pulau dengan 4 pulau besar: Sibuasi,
Pini, Tanahbala, Tanahmasa. Pusat pemerintahan di Pulautelo di pulau
Sibuasi. Kepulauan Batu terletak di tenggara kepulauan Nias.
Pulau-pulau lain di Sumatera Utara: Imanna, Pasu, Bawa, Hamutaia,
Batumakalele, Lego, Masa, Bau, Simaleh, Makole, Jake, dan Sigata, Wunga.
Di Sumatera Utara saat ini terdapat dua taman nasional, yakni
Taman Nasional Gunung Leuser dan
Taman Nasional Batang Gadis.
Menurut Keputusan Menteri Kehutanan, Nomor 44 Tahun 2005, luas hutan di
Sumatera Utara saat ini 3.742.120 hektare (ha). Yang terdiri dari
Kawasan Suaka Alam/Kawasan Pelestarian Alam seluas 477.070 ha, Hutan
Lindung 1.297.330 ha, Hutan Produksi Terbatas 879.270 ha, Hutan Produksi
Tetap 1.035.690 ha dan Hutan Produksi yang dapat dikonversi seluas
52.760 ha.
Namun angka ini sifatnya secara de jure saja. Sebab secara de facto,
hutan yang ada tidak seluas itu lagi. Terjadi banyak kerusakan akibat
perambahan dan pembalakan liar. Sejauh ini, sudah 206.000 ha lebih hutan
di Sumut telah mengalami perubahan fungsi. Telah berubah menjadi lahan
perkebunan, transmigrasi. Dari luas tersebut, sebanyak 163.000 ha untuk
areal perkebunan dan 42.900 ha untuk areal transmigrasi.
Pemerintahan
Daftar kabupaten/kota di Sumatera Utara
Pusat pemerintahan Sumatera Utara terletak di kota
Medan.
Sebelumnya, Sumatera Utara termasuk ke dalam Provinsi Sumatra sesaat
Indonesia merdeka pada tahun 1945. Tahun 1950, Provinsi Sumatera Utara
dibentuk yang meliputi eks karesidenan Sumatera Timur, Tapanuli, dan
Aceh. Tahun 1956, Aceh memisahkan diri menjadi Daerah Istimewa Aceh.
Pemekaran daerah
Daftar gubernur
Wakil Gubernur:
- 15 Juni 1998 - 10 Maret 2006 : Rudolf Pardede
- 16 Juni 2008 - 21 Maret 2011 : Gatot Pudjo Nugroho
Perwakilan di Jakarta
Anggota DPR-RI dari Provinsi Sumatera Utara
Penduduk
Sumatera Utara merupakan provinsi keempat terbesar jumlah penduduknya di Indonesia setelah
Jawa Barat,
Jawa Timur, dan
Jawa Tengah.
Menurut hasil pencacahan lengkap Sensus Penduduk (SP) 1990, penduduk
Sumatera Utara berjumlah 10,81 juta jiwa, dan pada tahun 2010 jumlah
penduduk Sumatera Utara telah meningkat menjadi 12,98 juta jiwa.
Kepadatan penduduk Sumatera Utara pada tahun 1990 adalah 143 jiwa per
km² dan pada tahun 2010 meningkat menjadi 178 jiwa per km².
Kadar Partisipasi Angkatan Kerja
(TPAK) Sumatera Utara setiap tahunnya tidak tetap. Pada tahun 2000 TPAK
di daerah ini sebesar 57,34 persen, tahun 2001 naik menjadi 57,70
persen, tahun 2002 naik lagi menjadi 69,45 persen.
Sosial kemasyarakatan
Suku bangsa
Sumatera Utara merupakan provinsi multietnis dengan
Batak,
Nias, dan
Melayu
sebagai penduduk asli wilayah ini. Daerah pesisir timur Sumatera Utara,
pada umumnya dihuni oleh orang-orang Melayu. Pantai barat dari Barus
hingga Natal, banyak bermukim orang
Minangkabau. Wilayah tengah sekitar
Danau Toba, banyak dihuni oleh Suku Batak yang sebagian besarnya beragama
Kristen.
Suku Nias berada di kepulauan sebelah barat. Sejak dibukanya perkebunan
tembakau di Sumatera Timur, pemerintah kolonial
Hindia Belanda banyak mendatangkan kuli kontrak yang dipekerjakan di perkebunan. Pendatang tersebut kebanyakan berasal dari etnis
Jawa dan
Tionghoa. Pusat penyebaran suku-suku di Sumatera Utara, sebagai berikut :
- Suku Melayu : Pesisir Timur, terutama di kabupaten Deli Serdang, Serdang Bedagai, dan Langkat
- Suku Batak Karo : Kabupaten Karo
- Suku Batak Toba : Kabupaten Tapanuli Utara, Kabupaten Humbang Hasundutan, Kabupaten Samosir, Kabupaten Toba Samosir
- Suku Batak Mandailing : Kabupaten Mandailing Natal
- Suku Batak Angkola : Kabupaten Tapanuli Selatan dan Kabupaten Padang Lawas
- Suku Batak Simalungun : Kabupaten Simalungun
- Suku Batak Pakpak : Kabupaten Dairi dan Kabupaten Pakpak Barat
- Suku Nias : Pulau Nias
- Suku Minangkabau : Kota Medan, Kabupaten Batubara, Pesisir barat
- Suku Aceh : Kota Medan
- Suku Jawa : Pesisir timur
- Suku Tionghoa : Perkotaan pesisir timur & barat.
Bahasa
Pada dasarnya, bahasa yang dipergunakan secara luas adalah
Bahasa Indonesia. Suku Melayu Deli mayoritas menuturkan Bahasa Indonesia karena kedekatannya dengan
Bahasa Melayu
yang menjadi bahasa ibu masyarakat Deli. Pesisir timur seperi wilayah
Serdang Bedagai, Pangkalan Dodek, Batubara, Asahan, dan Tanjung Balai,
memakai Bahasa Melayu dialek "o" begitu juga di Labuhan Batu dengan
sedikit perbedaan ragam. Di Kabupaten Langkat masih menggunakan bahasa
Melayu dialek "e" yang sering juga disebut bahasa Maya-maya. Mayarakat
Jawa di daerah perkebunan, menuturkan Bahasa Jawa sebagai pengantar
sehari-hari.
Di kawasan perkotaan, orang Tionghoa lazim menuturkan
Bahasa Hokkian selain bahasa Indonesia. Di pegunungan, masyarakat Batak menuturkan
Bahasa Batak
yang terbagi atas empat logat (Silindung-Samosir-Humbang-Toba). Bahasa
Nias dituturkan di Kepulauan Nias oleh suku Nias. Sedangkan orang-orang
di pesisir barat, seperti Kota Sibolga, Kabupaten Tapanuli Tengah, dan
Mandailing Natal menggunakan
Bahasa Minangkabau.
[10]
Agama
Agama utama di Sumatera Utara adalah:
- Islam:
terutama dipeluk oleh suku Melayu, Pesisir, Minangkabau,Jawa, Aceh,
suku Batak Mandailing, sebagian Batak Karo, Simalungun dan Pakpak
- Kristen (Protestan dan Katolik): terutama dipeluk oleh suku Batak Karo, Toba, Simalungun, Pakpak, Mandailing dan Nias
- Hindu: terutama dipeluk oleh suku Tamil di perkotaan
- Buddha: terutama dipeluk oleh suku Peranakan di perkotaan
- Konghucu : terutama dipeluk oleh suku Peranakan di perkotaan
- Parmalim: dipeluk oleh sebagian suku Batak yang berpusat di Huta Tinggi
- Animisme: masih ada dipeluk oleh suku Batak, yaitu Pelebegu Parhabonaron dan kepercayaan sejenisnya
Pendidikan
Pada tahun 2005 jumlah anak yang putus sekolah di Sumut mencapai
1.238.437 orang, sementara jumlah siswa miskin mencapai 8.452.054 orang.
Dari total APBD 2006 yang berjumlah Rp 2.204.084.729.000, untuk
pendidikan sebesar Rp 139.744.257.000, termasuk dalam pos ini anggaran
untuk bidang kebudayaan.
Jumlah total kelulusan siswa yang ikut Ujian Nasional pada tahun 2005
mencapai 87,65 persen atau 335.342 siswa dari 382.587 siswa tingkat
SMP/SMA/SMK sederajat peserta UN . Sedangkan 12,35 persen siswa yang
tidak lulus itu berjumlah 47.245 siswa.
Kesehatan
- Secara umum, angka penemuan kasus baru tuberculosis
(TBC) di Sumatera Utara mengalami peningkatan. Pada tahun 2005 kasus
TBC diperkirakan berkisar 160/100.000 penduduk. Jika jumlah penduduk
Sumatera Utara tercatat 12 juta jiwa, maka penderita TBC di daerah ini
sebanyak 19.000.
- Jumlah penderita HIV/AIDS
di Sumatera Utara hingga Oktober 2005 tercatat 301 orang, yakni 26
orang asing dan 276 warga negara Indonesia. Sementara jumlah korban yang
HIV/AIDS yang meninggal dunia hingga Agustus 2005 berjumlah 34 orang.
Tenaga kerja
- Angkatan Kerja. Pada tahun 2002 angkatan kerja di Sumut
mencapai 5.276.102 orang. Jumlah itu naik 4,72% dari tahun sebelumnya.
Kondisi angkatan kerja itu juga diikuti dengan naiknya orang yang
mencari pekerjaan. Jumlah pencari kerja pada 2002 mencapai 355.467
orang. Mengalami kenaikan 57,82% dari tahun sebelumnya.
- Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT). Jumlah TPT di Sumut naik dari
4,47% pada 2001 menjadi 6,74% pada 2002. TPT tertinggi terjadi di Kota
Medan mencapai 13,28%, diikuti Kota Sibolga (11,71%), Kabupaten Langkat
(11,06%), dan Kodya Tebing Tinggi (10,91%).
- Angkatan Kerja. Penduduk yang tergolong angkatan kerja
berjumlah 5,1 juta jiwa. Sekitar 34% berstatus sebagai majikan, bekerja
sendiri (20%), dan pekerja keluarga (23%). Skala usaha tergambar pada
komposisi yang didominasi oleh usaha kecil sekitar 99,8% dan hanya
sekitar 0,2% yang tergolong usaha besar.
- Pendidikan Pekerja. Tingkat pendidikan sebagian besar tenaga
kerja. Pekerja yang berpendidikan tidak tamat sekolah dasar (SD) atau
sampai tamat SD mencapai 48,96%. Lulusan sekolah lanjutan tingkat
pertama (SLTP) mencapai 23%. Sedangkan lulusan sekolah lanjutan tingkat
atas (SLTA) mencapai 24,08%. Sementara itu, lulusan perguruan tinggi
hanya 3,95%.
Perekonomian
Energi
Sungai-sungai yang berhulu di pegunungan sekitar
Danau Toba juga merupakan sumber daya alam yang cukup berpotensi untuk dieksploitasi menjadi sumber daya pembangkit listrik tenaga air.
PLTA Asahan yang merupakan PLTA terbesar di Sumatra terdapat di
Kabupaten Toba Samosir.
Selain itu, di kawasan pegunungan terdapat banyak sekali titik-titik
panas geotermal yang sangat berpotensi dikembangkan sebagai sumber
energi panas maupun uap yang selanjutnya dapat ditransformasikan menjadi
energi listrik.
Pertanian dan perkebunan
Provinsi ini tersohor karena luas perkebunannya, hingga kini,
perkebunan tetap menjadi primadona perekonomian provinsi. Perkebunan
tersebut dikelola oleh perusahaan swasta maupun negara. BUMN Perkebunan
yang arealnya terdapat di Sumatera Utara, antara lain PT Perkebunan
Nusantara II (
PTPN II),
PTPN III dan
PTPN IV.
Selain itu Sumatera Utara juga tersohor karena luas perkebunannya.
Hingga kini, perkebunan tetap menjadi primadona perekonomian provinsi.
Perkebunan tersebut dikelola oleh perusahaan swasta maupun negara.
Sumatera Utara menghasilkan karet, coklat, teh, kelapa sawit, kopi,
cengkeh, kelapa, kayu manis, dan tembakau. Perkebunan tersebut tersebar
di
Deli Serdang,
Langkat,
Simalungun,
Asahan,
Labuhanbatu, dan
Tapanuli Selatan.
- Luas pertanian padi.
Pada tahun 2005 luas areal panen tinggal 807.302 hektare, atau turun
sekitar 16.906 hektare dibanding luas tahun 2004 yang mencapai 824.208
hektare. Produktivitas tanaman padi tahun 2005 sudah bisa ditingkatkan
menjadi berkisar 43,49 kwintal perhektar dari tahun 2004 yang masih
43,13 kwintal per hektare, dan tanaman padi ladang menjadi 26,26 kwintal
dari 24,73 kwintal per hektare. Tahun 2005, surplus beras di Sumatera
Utara mencapai 429 ton dari sekitar 2.1.27 juta ton total produksi beras
di daerah ini.
- Luas perkebunan karet.
Tahun 2002 luas areal tanaman karet di Sumut 489.491 hektare dengan
produksi 443.743 ton. Sementara tahun 2005, luas areal karet menurun
atau tinggal 477.000 hektare dengan produksi yang juga anjlok menjadi
hanya 392.000 ton.
- Irigasi. Luas irigasi teknis seluruhnya di Sumatera Utara seluas
132.254 ha meliputi 174 Daerah Irigasi. Sebanyak 96.823 ha pada 7 Daerah
Irigasi mengalami kerusakan sangat kritis.
- Produk Pertanian. Sumatera Utara menghasilkan karet, cokelat, teh,
kelapa sawit, kopi, cengkeh, kelapa, kayu manis, dan tembakau.
Perkebunan tersebut tersebar di Deli Serdang, Langkat, Simalungun, Asahan, Labuhanbatu, dan Tapanuli Selatan.
Komoditas tersebut telah diekspor ke berbagai negara dan memberikan
sumbangan devisa yang sangat besar bagi Indonesia. Selain komoditas
perkebunan, Sumatera Utara juga dikenal sebagai penghasil komoditas
holtikultura (sayur-mayur dan buah-buahan); misalnya Jeruk Medan, Jambu Deli, Sayur Kol, Tomat, Kentang, dan Wortel yang dihasilkan oleh Kabupaten Karo, Simalungun dan Tapanuli Utara. Produk holtikultura tersebut telah diekspor ke Malaysia dan Singapura.
Perbankan
Selain bank umum nasional, bank pemerintah serta bank internasional,
saat ini di Sumut terdapat 61 unit Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dan 7
Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS). Data dari
Bank Indonesia menunjukkan, pada
Januari 2006,
Dana Pihak Ketiga (DPK) yang diserap BPR mencapai Rp 253.366.627.000
dan kredit mencapai Rp 260.152.445.000. Sedangkan aktiva mencapai Rp
340.880.837.000.
Sarana dan prasarana
Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumatera Utara juga sudah membangun
berbagai prasarana dan infrastruktur untuk memperlancar perdagangan baik
antar kabupaten maupun antar provinsi. Sektor swasta juga terlibat
dengan mendirikan berbagai properti untuk perdagangan, perkantoran,
hotel dan lain-lain. Tentu saja sektor lain, seperti
koperasi, pertambangan dan energi, industri, pariwisata, pos dan telekomunikasi,
transmigrasi,
dan sektor sosial kemasyarakatan juga ikut dikembangkan. Untuk
memudahkan koordinasi pembangunan, maka Sumatera Utara dibagi ke dalam
empat wilayah pembangunan.
Pertambangan
Ada tiga perusahaan tambang terkemuka di Sumatera Utara:
Transportasi
Di Sumatera Utara terdapat 2.098,05 kilometer jalan negara, yang
tergolong mantap hanya 1.095,70 kilometer atau 52,22 persen dan 418,60
kilometer atau 19,95 persen dalam keadaan sedang, selebihnya dalam
keadaan rusak. Sementara dari 2.752,41 kilometer jalan propinsi, yang
dalam keadaan mantap panjangnya 1.237,60 kilometer atau 44,96 persen,
sementara yang dalam keadaan sedang 558,46 kilometer atau 20,29 persen.
Halnya jalan rusak panjangnya 410,40 kilometer atau 14,91 persen dan
yang rusak berat panjangnya 545,95 kilometer atau 19,84 persen.
Dari sisi kendaraan, terdapat lebih 1,38 juta kendaraan roda dua dan
empat di Sumatera Utara. Dari jumlah itu, sebanyak 873 ribu lebih berada
di Kota Medan.
Bandar Udara
Di Sumatera Utara terdapat 7
bandar udara[11], terdiri dari 1 bandar udara berstatus internasional dan 6 bandara domestik, seperti berikut ini :
- Bandar Udara Aek Godang
- Bandar Udara Binaka
- Bandar Udara Dr. Ferdinand Lumban Tobing
- Bandar Udara Lasondre
- Bandar Udara Internasional Polonia
- Bandar Udara Sibisa
- Bandar Udara Silangit
Ekspor & impor
Kinerja ekspor Sumatera Utara cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun
2004 tercatat perolehan devisa mencapai US$4,24 milyar atau naik 57,72% dari tahun sebelumnya dari sektor ini.
Ekspor
kopi dari Sumatera Utara mencapai rekor tertinggi 46.290 ton dengan negara tujuan ekspor utama
Jepang
selama lima tahun terakhir. Ekspor kopi Sumut juga tercatat sebagai 10
besar produk ekspor tertinggi dengan nilai US$3,25 juta atau 47.200,8
ton periode Januari hingga Oktober
2005.
Dari sektor garmen, ekspor garmen cenderung turun pada Januari 2006.
Hasil industri khusus pakaian jadi turun 42,59 persen dari US$ 1.066.124
pada tahun 2005, menjadi US$ 2.053 pada tahun 2006 pada bulan yang
sama.
Kinerja ekspor impor beberapa hasil industri menunjukkan penurunan.
Yakni furniture turun 22,83 persen dari US$ 558.363 (2005) menjadi US$
202.630 (2006), plywood turun 24,07 persen dari US$ 19.771 menjadi US$
8.237, misteric acid turun 27,89 persen yakni dari US$ 115.362 menjadi
US$ 291.201, stearic acid turun 27,04 persen dari US$ 792.910 menjadi
US$ 308.020, dan sabun noodles turun 26 persen dari AS.689.025 menjadi
US$ 248.053.
Kinerja ekspor impor hasil pertanian juga mengalami penurunan yakni
minyak atsiri turun 18 persen dari US$ 162.234 menjadi US$ 773.023,
hasil laut/udang, minyak kelapa dan kopi robusta juga mengalami
penurunan cukup drastis hingga mencapai 97 persen. Beberapa komoditi
yang mengalami kenaikan (nilai di atas US$ Juta) adalah biji kakao,
hortikultura, kopi arabica, CPO, karet alam, hasil laut (non udang).
Untuk hasil industri yakni moulding, ban kendaraan dan sarung tangan
karet.
APBD
Dari tahun ke tahun, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Sumatera Utara terus meningkat.
Tahun |
Besaran APBD |
2004 |
Rp 1.440.238.069.000,00 |
2005 |
Rp 1.645.876.354.000,00 |
2006 |
Rp 2.204.084.729.000,00 |
|
APBD 2006 memberikan alokasi Belanja publik Rp 1.577.946.416.580
(71,59%), sedangkan belanja aparatur Rp 626.138.312.420 (28,41%). Pos
anggarannya antara lain:
Bidang |
Nilai |
Pertanian |
Rp 54.544.588.580,00 |
Kesehatan |
Rp 131.338.927.000,00 |
Pendidikan dan Kebudayaan |
Rp 139.744.257.000,00 |
|
Pada tahun 2006 ditargetkan Rp2,087 triliun. Angka tersebut diperoleh
dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) Rp1,354 triliun, dana perimbangan
Rp723,65 miliar, dan Lain-lain. Pendapatan yang sah sebesar Rp23,915
miliar. Khusus sektor PAD terdiri dari pajak daerah Rp 1,270 triliun,
retribusi daerah Rp 10,431 miliar, laba BUMD sebesar Rp 48,075 miliar,
dan lain-lain pendapatan Rp 25,963 miliar. Perolehan dari dana
perimbangan meliputi Bagi Hasil Pajak dan Bagi Hasil Bukan Pajak sebesar
Rp 183,935 miliar dan Dana Alokasi Umum Rp 539,718 miliar. Sedangkan
perolehan dari Lain-lain Pendapatan yang Sah diperoleh dari Iuran Jasa
Air Rp 8,917 miliar.
Seni dan budaya
Musik
Musik yang biasa dimainkan,cenderung tergantung dengan
upacara-upacara adat yang diadakan, tetapi lebih dominan dengan
genderangnya. Seperti pada Etnis Pesisir terdapat serangkaian alat musik
yang dinamakan Sikambang.
Arsitektur
Dalam bidang
seni rupa yang menonjol adalah arsitektur
rumah adat yang merupakan perpaduan dari hasil
seni pahat dan
seni ukir
serta hasil seni kerajinan. Arsitektur rumah adat terdapat dalam
berbagai bentuk ornamen.Pada umumnya bentuk bangunan rumah adat pada
kelompok adat batak melambangkan "kerbau berdiri tegak". Hal ini lebih
jelas lagi dengan menghias pucuk atap dengan kepala
kerbau.
Rumah adat etnis Batak,
Ruma Batak, berdiri kokoh dan megah serta masih banyak ditemui di
Samosir.
Rumah adat
Karo kelihatan besar dan lebih tinggi dibandingkan dengan rumah adat lainnya. Atapnya terbuat dari
ijuk
dan biasanya ditambah dengan atap-atap yang lebih kecil berbentuk
segitiga yang disebut "ayo-ayo rumah" dan "tersek". Dengan atap
menjulang berlapis-lapis itu rumah Karo memiliki bentuk khas dibanding
dengan rumah tradisional lainnya yang hanya memiliki satu lapis atap di
Sumatera Utara.
Bentuk rumah adat di daerah Simalungun cukup memikat. Kompleks rumah
adat di desa Pematang Purba terdiri dari beberapa bangunan yaitu rumah
bolon, balai bolon, jemur, pantangan balai butuh, dan lesung.
Bangunan khas Mandailing yang menonjol disebut "Bagas Gadang" (rumah Namora Natoras) dan "Sopo Godang" (balai musyawarah adat).
Rumah adat di pesisir barat kelihatan lebih megah dan lebih indah
dibandingkan dengan rumah adat lainnya. Rumah adat ini masih berdiri
kokoh di halaman Gedung Nasional Sibolga.
Tarian
Perbendaharaan seni tari tradisional meliputi berbagai jenis. Ada
yang bersifat magis, berupa tarian sakral, dan ada yang bersifat hiburan
saja yang berupa tari profan. Di samping tari adat yang merupakan
bagian dari upacara adat, tari sakral biasanya ditarikan oleh dayu-datu.
Termasuk jenis tari ini adalah tari guru dan tari tungkat. Datu
menarikannya sambil mengayunkan tongkat sakti yang disebut Tunggal Panaluan.
Tari profan biasanya ialah tari pergaulan muda-mudi yang ditarikan
pada pesta gembira. Tortor ada yang ditarikan saat acara perkawinan.
Biasanya ditarikan oleh para hadirin termasuk pengantin dan juga para
muda-mudi. Tari muda-mudi ini, misalnya morah-morah, parakut, sipajok,
patam-patam sering dan kebangkiung. Tari magis misalnya tari tortor
nasiaran, tortor tunggal panaluan. Tarian magis ini biasanya dilakukan
dengan penuh kekhusukan.
Selain tarian Batak terdapat pula tarian
Melayu seperti Serampang XII.
Kerajinan
Selain arsitektur,tenunan merupakan seni kerajinan yang menarik dari
suku Batak. Contoh tenunan ini adalah kain ulos dan kain songket. Ulos
merupakan kain adat Batak yang digunakan dalam upacara-upacara
perkawinan, kematian, mendirikan rumah, kesenian,dsb. Bahan kain ulos
terbuat dari benang kapas atau rami. Warna ulos biasanya adalah hitam,
putih, dan merah yang mempunyai makna tertentu. Sedangkan warna lain
merupakan lambang dari variasi kehidupan.
Pada suku Pakpak ada tenunan yang dikenal dengan nama oles. Bisanya warna dasar oles adalah hitam kecokelatan atau putih.
Pada suku Karo ada tenunan yang dikenal dengan nama uis. Bisanya warna dasar uis adalah biru tua dan kemerahan.
Pada masyarakat pesisir barat ada tenunan yang dikenal dengan nama Songket Barus. Biasanya warna dasar kerajinan ini adalah Merah Tua atau Kuning Emas.
Makanan khas
Makanan Khas di Sumatera Utara sangat bervariasi, tergantung dari
daerah tersebut. Saksang dan Babi panggang sangat familiar untuk mereka
yang melaksanakan pesta maupun masakan rumah. Misalkan seperti didaerah
Pakpak Dairi, Pelleng adalah makanan khas dengan bumbu yang sangat
pedas.
Di tanah Batak sendiri ada dengke naniarsik yang merupakan
ikan yang digulai tanpa menggunakan kelapa. Untuk cita rasa, tanah Batak
adalah surga bagi pecinta makanan santan dan pedas. Pasituak Natonggi atau uang beli nira yang manis adalah istilah yang sangat akrab disana, menggambarkan betapa dekatnya tuak atau nira dengan kehidupan mereka.
Rujukan
- ^ "Perpres No. 6 Tahun 2011". 17 Februari 2011. Diakses pada 23 Mei 2011.
- ^ Sensus Penduduk 2010
- ^ Indonesia's Population: Ethnicity and Religion in a Changing Political Landscape. Institute of Southeast Asian Studies. 5 September 2003.
- ^ Wulan,
Y.C.,Yasmi, Y.,Purba, C.,Wollenberg, E., Analisis Konflik : Sektor
Kehutanan di Indonesia 1997-2003, p.27, Center for International
Forestry Research, 2004
- ^ Akhirnya Tapsel Mekar, Waspada
- ^ Depdagri tunggu rekomendasi Gubsu, Seputar Indonesia
- ^ Pansus DPRD Sumut Dukung Pemekaran Tiga Daerah Otonom di Nias, Nias Online
- ^ a b c Meninggal dunia dalam kecelakaan pesawat terbang Mandala Airlines RI 091 pada 5 September 2005
- ^ a b c "Gantikan Syamsul Arifin, Pj Gubernur Sumut Langsung Gelar Evaluasi (detikcom) ", 25 Maret 2011. Diakses pada 26 Maret 2011.
- ^ Setiana Simorangkir, Struktur bahasa Pesisir Sibolga, Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1986
- ^ Bandara Per Propinsi, 5 September 2012, diakses pada 3 Agustus 2012
Kota Pematangsiantar
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
(Dialihkan dari
Pematang Siantar)
Kota Pematangsiantar
Lambang Kota Pematangsiantar
Motto: Sapangambei Manoktok Hitei
|
Peta lokasi Kota Pematangsiantar
Koordinat: 2°58ʹN 99°2ʹE |
Provinsi |
Sumatera Utara |
Dasar hukum |
- |
Tanggal |
24 April 1871 |
Pemerintahan |
- Wali kota |
Hulman Sitorus, SE |
- DAU |
Rp. 352.723.110.000,-(2011)[1] |
Luas |
79,97 km² |
Populasi |
- Total |
234.885 (2010) (Sumber: BPS) |
- Kepadatan |
- |
Demografi |
- Suku bangsa |
Simalungun (61,43%), Toba, Mandailing (9,6%), Jawa (14,2%), Tionghoa, Melayu |
- Bahasa |
Indonesia |
- Zona waktu |
WIB |
- Kode area telepon |
0622 |
Pembagian administratif |
- Kecamatan |
8 |
- Desa |
- |
- Flora resmi |
- |
- Fauna resmi |
- |
- Situs web |
http://www.pematangsiantarkota.go.id/ |
Pematangsiantar pada tahun 1923
Rumah orang Belanda di Pematangsiantar (1923)
Pemandangan jalan di Pematangsiantar pada tahun 1910-an
Kota Pematangsiantar adalah salah satu
kota di
Provinsi Sumatera Utara, dan kota terbesar kedua di provinsi tersebut setelah
Medan. Karena letak Pematangsiantar yang strategis, ia dilintasi oleh
Jalan Raya Lintas Sumatera. Kota ini memiliki luas wilayah 79,97 km
2 dan berpenduduk sebanyak 240.787 jiwa (2000).
Kota Pematangsiantar yang hanya berjarak 128 km dari Medan dan 52 km dari
Parapat sering menjadi kota perlintasan bagi
wisatawan yang hendak ke
Danau Toba. Sebagai kota penunjang pariwisata di daerah sekitarnya, kota ini memiliki 8
hotel berbintang, 10 hotel melati dan 268
restoran. Di kota ini masih banyak terdapat sepeda motor BSA model lama sebagai
becak bermesin yang menimbulkan bunyi yang keras.
Sektor
industri yang menjadi tulang punggung perekonomian kota yang terletak di tengah-tengah Kabupaten
Simalungun
ini adalah industri besar dan sedang. Dari total kegiatan ekonomi pada
tahun 2000 yang mencapai Rp 1,69 trilyun, pangsa pasar industri mencapai
38,18 persen atau Rp 646 miliar. Sektor perdagangan, hotel dan restoran
menyusul di urutan kedua, dengan sumbangan 22,77 persen atau Rp 385
miliar.
Sejarah
Sebelum proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, Pematangsiantar
merupakan daerah kerajaan Siantar. Pematangsiantar yang berkedudukan di
pulau Holing dan raja terakhir dari dinasti keturunan marga Damanik
yaitu Tuan Sangnawaluh Damanik, yang memegang kekuasan sebagai raja
tahun 1906.
Disekitar Pulau Holing kemudian berkembang menjadi perkampungan
tempat tinggal penduduk diantaranya Kampung Suhi Haluan, Siantar Kahean,
Pantoan,Suhi Bah Bosar,dan Tomuan. Daerah-daerah tersebut kemudian
menjadi daerah hukum Kota Pematangsiantar yaitu :
- Pulau Holing menjadi Kampung Pematang.
- Siantar Bayu menjadi Kampung Pusat Kota.
- Suhi Kahean menjadi Kampung Sipinggol-pinggol, Kampung Melayu, Martoba, Sukadame dan Bane.
- Suhi Bah Bosar menjadi Kampung Kristen, Karo, Tomuan, Pantoan, Toba dan Martimbang.
Setelah Belanda memamusuki daerah Sumatera Utara, Simalungun menjadi
Daerah kekuasaan Belanda sehingga pada tahun 1907 berakhirlah kekuasaan
raja-raja. Controleur Belanda yang semula berkedudukan di perdagngngan
pada tahun 1907 dipindahkan ke Pematangsiantar. Sejak itu
Pematangsiantar berkembang menjadi daerah yang banyak dikunjungi
pendatang baru, Bangsa Cina mendiami Kawasan Tiombang Galung dan Kampung
melayu.
Pada tahun 1910 didirikan Badan Persiapan Kota Pematangsiantar.
Kemudian Pada tanggal 1 Juli 1917 berdasarkan Stad Blad No.285
Pematangsiantar berubah menjadi Geemente yang mempunyai otonomi sendiri.
Sejak Januari 1939 berdasarkan Stad Blad No.717 berubah menjadi
Geemente yang mempunyai Dewan.
Pada jaman Jepang berubah menjadi Siantar Estate dan Dewan dihapus.
Setelah Proklamasi Kemerdekaan Pematangsiantar kembali menjadi daerah
Otonomi. Berdasarkan UU No.22/1948 status geemente menjadi kota
kabupaten Simalungun dan wali kota dirangkap oleh Bupati Simalungun
sampai 1957.
Berdasarkan UU No. 1/1957 berubah menjadi Kota Praja penuh dan dengan
keluarnya UU No.18/1965 berubah menjadi Kotamadya, dan dengan keluarnya
UU No.5/1974 Tentang pokok-pokok pemerintah di daerah berubah menjadi
daerah tingkat II Pematangsiantar sampai sekarang.
Kecamatan
Kota Pematangsiantar terdiri dari 8 kecamatan yaitu:
- Siantar Barat
- Siantar Marihat
- Siantar Martoba
- Siantar Selatan
- Siantar Timur
- Siantar Utara
- Siantar Marimbun
- Siantar Sitalasari
Infrastruktur
Pendidikan
Sekolah-sekolah swasta tersebut telah menghasilkan murid-murid berprestasi yang bertanding di ajang-ajang olahraga nasional.
Secara total, Pematang Siantar memiliki 160 Sekolah Dasar, 43 Sekolah
Lanjutan Tingkat Pertama, 28 Sekolah Menengah Umum, dan 7
Universitas/Akademi.
[2]
Di kota ini juga terdapat Museum
Simalungun
yang berisi koleksi peninggalan sejarah dan budaya Simalungun. Museum
ini dikelola oleh Yayasan Museum Simalungun, dan berlokasi di Jalan
Jendral Sudirman, di antara kantor Polres Siantar dan
GKPS Sudirman.
Kesehatan
Terdapat 7 buah Rumah Sakit dari berbagai kategori di Pematang Siantar dengan kapasitas 597 tempat tidur.
[3] Salah satu yang terbesar adalah Rumah Sakit Umum Daerah dr.
Djasamen Saragih, dengan kapasitas 220 tempat tidur, yang dilayani oleh 7 dokter umum, 3 dokter gigi, dan 25 dokter spesialis.
[4]
Rumah sakit di atas dibantu oleh 17 Pusat Kesehatan Masyarakat
(Puskesmas), dan 10 Puskesmas pembantu. Selain itu terdapat 17 Balai
Pengobatan Umum (BPU) dan 235 Pos Pelayanan Terpadu (Pos Yandu).
[5]
Transportasi
Pematang Siantar dapat diakses melalui 2 sarana transport darat, Bus
dan Kereta Api. Secara umum, transportasi dalam kota dilayani oleh
sarana Angkutan Kota dan Becak Motor. Terminal Bus terbesar di Pematang
Siantar terdapat di Terminal
Parluasan, yang merupakan titik transit bagi hampir seluruh Angkutan dalam dan luar Kota.
Nama-nama wali kota Pematangsiantar
- O.K.H. Salamuddin (1956 - 1957)
- Jamaluddin Tambunan (1957 - 1959)
- Rakutta Sembiring (1960 - 1964)
- Abner Situmorang (1964 - 1964)
- Pandak Tarigan (1964 - 1965)
- Zainuddin Hasan (1965 - 1966)
- Tarif Siregar (1965 - 1966)
- Drs. M. Pardede (1966 - 1967)
- Letkol Laurimba Saragih (1967 - 1974)
- Kol. Sanggup Ketaren (1974 - 1979)
- Kol. Drs. MJT. Sihotang (1979 - 1984)
- Drs. Djabanten Damanik (1984 - 1989)
- Drs. Zulkifli Harahap (1990 - 1994)
- Drs. Abu Hanifah (1994 - 2000)
- Drs. Marim Purba (2000 - 2005)
- Drs. Nabari Ginting Msi (Pjs.) (2005 - 2005)
- Ir. R.E. Siahaan (2005 - 2010)
- Hulman Sitorus, SE (2010 - sampai sekarang)
Tokoh-tokoh dari Pematangsiantar
Catatan
- ^ "Perpres No. 6 Tahun 2011". 17 Februari 2011. Diakses pada 23 Mei 2011.
- ^ DPU, Profil Kota Pematang Siantar, 2002, halaman 7
- ^ DPU, Profil Kabupaten/Kota Pematang Siantar, 2002, halaman 7
- ^ Bainfokom Sumut
- ^ Bainfokom Sumut